← Jawaban dari "She is the ___ girl today. * happier happiest most happy happyest My friends are brave. Jamie is the..." Jawaban dari "match these beginnisngs to the correct endings to make passive sentences 1.__was brought up by her g..." →
Jika kamu lagi mencari jawaban dari soal Malam itu latihan dilakukan di Playhouse. Latihan terakhir sebelum pementasan
pertama, dan masih banyak yang harus kami
kerjakan. Sepulang sekolah, siswa laki-Iaki di
kelas drama harus membawa semua properti
panggung dari ruang kelas ke truk sewaan
untuk diangkut ke Playhouse. Masalahnya
adalah siswa laki-Iakinya hanya aku dan
Eddie, dan Eddie bukanlah orang yang indraindranya terkoordinir dengan baik. Kami harus
melewati sebuah pintu, menggotong barang
berat, dan postur Hoovillenya menjadi
kendala. Pada setiap saat yang kritis ketika
aku betul-betul memerlukan bantuannya
untuk menahan beban, ia akan tersandung
debu atau seekor serangga di lantai, sehingga
latar properti panggung itu akan ditimpakan
pada jari-jariku, yang kemudian akan terjepit
di kusen pintu dengan cara yang amat
menyakitkan.
“S-s-sori,” kata Eddie. “Sakit ... ya?”
Jawabku dengan sengit, “Pokoknya
jangan lakukan itu lagi.”
Namun, Eddie tidak bisa mencegah
dirinya untuk tidak tersandung-sandung lagi,
sama seperti halnya ia tidak mampu
mencegah turunnya hujan. Pada saat kami
selesai membongkar pasang semuanya,
jemariku tampak seperti jemari Toby, si
tukang serabutan. Bagian terburuknya adalah,
aku bahkan tidak sempat makan sebelum
latihan dimulai. Memindah-mindahkan
properti panggung itu telah menghabiskan
waktu tiga jam, dan kami baru selesai
memasangnya kembali beberapa menit
sebelum yang lain tiba untuk mulai latihan.
Dengan semua kejadian yang berlangsung,
hari itu, boleh dikatakan suasana hatiku betulbetul tidak baik.
Aku mengucapkan dialog-dialogku tanpa
konsentrasi, dan Miss Garber tidak sekali pun
mengucapkan kata luar biasa sepanjang
malam. Matanya menunjukkan keprihatinan,
namun Jamie hanya tersenyum dan
mengatakan padanya agar tidak khawatir, dan
semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu Jamie
cuma ingin mempermudah keadaan, tapi aku
menolaknya ketika ia memintaku
mengantarnya pulang.
Playhouse terletak di tengah-tengah kota,
dan aku harus berjalan ke arah yang berbeda
dengan arah rumahku untuk mengantarnya
pulang. Selain itu, aku tidak ingin terlihat
mengantarnya pulang lagi. Namun Miss
Garber kebetulan mendengar pembicaraan
kami dan berkata dengan nada tegas, bahwa
aku akan menemaninya dengan senang hati.
“Kalian berdua bisa mengobrol tentang
pementasan itu,” ujarnya. “Mungkin kalian
bisa melatih bagian-bagian yang masih kaku.”
Tentu saja, yang dimaksud kaku di sini adalah
aku.
Jadi sekali lagi aku mengantar Jamie
pulang, tapi ia pasti tahu bahwa aku sedang
tidak ingin berbicara karena aku melangkah
sedikit lebih jauh di depannya. Kedua tanganku di dalam saku, bahkan aku tidak
menoleh ke belakang untuk melihat apakah
ia mengikutiku. Ini berlangsung selama
berapa menit pertama, dan aku tidak
mengucapkan sepatah kata pun padanya.
“Suasana hatimu sedang tidak baik, ya?”
tanya Jamie akhirnya. “Kau bahkan tidak
berusaha malam ini.”
“Tidak ada yang luput dari perhatianmu,
kan?” sahutku ketus tanpa menoleh ke
arahnya.
“Mungkin aku bisa membantu,”
usulnya. Nadanya terdengar tulus, yang
membuatku jadi semakin kesal.
“Aku tidak yakin,” bentakku.
“Mungkin, kalau kau mau menceritakan
padaku apa yang mengganjal ....”
Aku tidak membiarkan Jamie
menyelesaikan ucapannya.
“Dengar,” kataku, seraya berhenti dan
berdiri berhadapan dengannya. “Aku
menghabiskan waktu untuk menggotonggotong properti sialan itu. Aku belum makan
sejak siang, dan sekarang aku harus berjalan
ekstra satu mil hanya untuk memastikan kau
sampai di rumah, padahal kita sama-sama
tahu bahwa kau sebetulnya tidak
memerlukanku untuk mengantar pulang.”
Baru pertama kali itulah aku menaikkan
volume suaraku saat berbicara dengannya.
Terus terang, rasanya lumayan menyenangkan.
Aku sudah memendamnya sekian lama. Jamie
tampak sangat terkejut untuk menanggapi
kemarahanku, dan aku terus melanjutkan.
“Satu-satunya alasanku melakukan ini
adalah karena ayahmu, yang bahkan tidak
menyukaiku. Semua ini betul-betul konyol.
Aku berharap tidak pernah setuju untuk
melakukannya.”
“Kau cuma mengatakan semua ini karena
kau tegang menghadapi pementasan besok
....”
Aku memotong ucapannya dengan
gelengan kepalaku. Sekali aku sudah mulai,
kadang-kadang sulit bagiku untuk berhenti.
Aku hanya mampu menghadapi sikap optimis
dan keceriaannya sampai di sini, dan ini
bukan hari yang tepat untuk mendesakku
makin jauh.
“Kau masih juga belum mengerti, ya?”
tanyaku gusar. “Aku sama sekali tidak merasa
tegang menghadapi pementasan. Aku cuma
sedang tidak ingin berada di sini. Aku tidak
ingin mengantarmu pulang, aku tidak ingin
teman-temanku terus membicarakanku, dan
aku tidak ingin menghabiskan waktu
bersamamu. Kau terus berlagak seakan kita
berteman, tapi nyatanya tidak begitu. Kita
tidak punya hubungan apa-apa. Aku cuma
ingin semua ini segera berakhir dan aku bisa
kembali ke kehidupan normalku.”
Jamie tampak sakit hati menerima
luapan kemarahanku, dan sejujurnya, aku
tidak dapat menyalahkannya.
(Kan Kukenang Selalu, Nicholas Spark)
unsur instrinsik dan ekstrinsik dari kutipan novel diatas adalah.. anda berada di tempat yang benar.
Kami punya 1 jawaban dari Malam itu latihan dilakukan di Playhouse. Latihan terakhir sebelum pementasan
pertama, dan masih banyak yang harus kami
kerjakan. Sepulang sekolah, siswa laki-Iaki di
kelas drama harus membawa semua properti
panggung dari ruang kelas ke truk sewaan
untuk diangkut ke Playhouse. Masalahnya
adalah siswa laki-Iakinya hanya aku dan
Eddie, dan Eddie bukanlah orang yang indraindranya terkoordinir dengan baik. Kami harus
melewati sebuah pintu, menggotong barang
berat, dan postur Hoovillenya menjadi
kendala. Pada setiap saat yang kritis ketika
aku betul-betul memerlukan bantuannya
untuk menahan beban, ia akan tersandung
debu atau seekor serangga di lantai, sehingga
latar properti panggung itu akan ditimpakan
pada jari-jariku, yang kemudian akan terjepit
di kusen pintu dengan cara yang amat
menyakitkan.
“S-s-sori,” kata Eddie. “Sakit ... ya?”
Jawabku dengan sengit, “Pokoknya
jangan lakukan itu lagi.”
Namun, Eddie tidak bisa mencegah
dirinya untuk tidak tersandung-sandung lagi,
sama seperti halnya ia tidak mampu
mencegah turunnya hujan. Pada saat kami
selesai membongkar pasang semuanya,
jemariku tampak seperti jemari Toby, si
tukang serabutan. Bagian terburuknya adalah,
aku bahkan tidak sempat makan sebelum
latihan dimulai. Memindah-mindahkan
properti panggung itu telah menghabiskan
waktu tiga jam, dan kami baru selesai
memasangnya kembali beberapa menit
sebelum yang lain tiba untuk mulai latihan.
Dengan semua kejadian yang berlangsung,
hari itu, boleh dikatakan suasana hatiku betulbetul tidak baik.
Aku mengucapkan dialog-dialogku tanpa
konsentrasi, dan Miss Garber tidak sekali pun
mengucapkan kata luar biasa sepanjang
malam. Matanya menunjukkan keprihatinan,
namun Jamie hanya tersenyum dan
mengatakan padanya agar tidak khawatir, dan
semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu Jamie
cuma ingin mempermudah keadaan, tapi aku
menolaknya ketika ia memintaku
mengantarnya pulang.
Playhouse terletak di tengah-tengah kota,
dan aku harus berjalan ke arah yang berbeda
dengan arah rumahku untuk mengantarnya
pulang. Selain itu, aku tidak ingin terlihat
mengantarnya pulang lagi. Namun Miss
Garber kebetulan mendengar pembicaraan
kami dan berkata dengan nada tegas, bahwa
aku akan menemaninya dengan senang hati.
“Kalian berdua bisa mengobrol tentang
pementasan itu,” ujarnya. “Mungkin kalian
bisa melatih bagian-bagian yang masih kaku.”
Tentu saja, yang dimaksud kaku di sini adalah
aku.
Jadi sekali lagi aku mengantar Jamie
pulang, tapi ia pasti tahu bahwa aku sedang
tidak ingin berbicara karena aku melangkah
sedikit lebih jauh di depannya. Kedua tanganku di dalam saku, bahkan aku tidak
menoleh ke belakang untuk melihat apakah
ia mengikutiku. Ini berlangsung selama
berapa menit pertama, dan aku tidak
mengucapkan sepatah kata pun padanya.
“Suasana hatimu sedang tidak baik, ya?”
tanya Jamie akhirnya. “Kau bahkan tidak
berusaha malam ini.”
“Tidak ada yang luput dari perhatianmu,
kan?” sahutku ketus tanpa menoleh ke
arahnya.
“Mungkin aku bisa membantu,”
usulnya. Nadanya terdengar tulus, yang
membuatku jadi semakin kesal.
“Aku tidak yakin,” bentakku.
“Mungkin, kalau kau mau menceritakan
padaku apa yang mengganjal ....”
Aku tidak membiarkan Jamie
menyelesaikan ucapannya.
“Dengar,” kataku, seraya berhenti dan
berdiri berhadapan dengannya. “Aku
menghabiskan waktu untuk menggotonggotong properti sialan itu. Aku belum makan
sejak siang, dan sekarang aku harus berjalan
ekstra satu mil hanya untuk memastikan kau
sampai di rumah, padahal kita sama-sama
tahu bahwa kau sebetulnya tidak
memerlukanku untuk mengantar pulang.”
Baru pertama kali itulah aku menaikkan
volume suaraku saat berbicara dengannya.
Terus terang, rasanya lumayan menyenangkan.
Aku sudah memendamnya sekian lama. Jamie
tampak sangat terkejut untuk menanggapi
kemarahanku, dan aku terus melanjutkan.
“Satu-satunya alasanku melakukan ini
adalah karena ayahmu, yang bahkan tidak
menyukaiku. Semua ini betul-betul konyol.
Aku berharap tidak pernah setuju untuk
melakukannya.”
“Kau cuma mengatakan semua ini karena
kau tegang menghadapi pementasan besok
....”
Aku memotong ucapannya dengan
gelengan kepalaku. Sekali aku sudah mulai,
kadang-kadang sulit bagiku untuk berhenti.
Aku hanya mampu menghadapi sikap optimis
dan keceriaannya sampai di sini, dan ini
bukan hari yang tepat untuk mendesakku
makin jauh.
“Kau masih juga belum mengerti, ya?”
tanyaku gusar. “Aku sama sekali tidak merasa
tegang menghadapi pementasan. Aku cuma
sedang tidak ingin berada di sini. Aku tidak
ingin mengantarmu pulang, aku tidak ingin
teman-temanku terus membicarakanku, dan
aku tidak ingin menghabiskan waktu
bersamamu. Kau terus berlagak seakan kita
berteman, tapi nyatanya tidak begitu. Kita
tidak punya hubungan apa-apa. Aku cuma
ingin semua ini segera berakhir dan aku bisa
kembali ke kehidupan normalku.”
Jamie tampak sakit hati menerima
luapan kemarahanku, dan sejujurnya, aku
tidak dapat menyalahkannya.
(Kan Kukenang Selalu, Nicholas Spark)
unsur instrinsik dan ekstrinsik dari kutipan novel diatas adalah.. . Silakan lihat jawaban lebih lanjut di bawah:
latar. : waktu :sepullang sekokah
tempat: di kelas drama
